Manokwari (ANTARA) – Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat meminta partisipasi berbagai kalangan masyarakat dalam mencegah peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) di daerah setempat. Kepala Seksi Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari Rahimi di Manokwari, Rabu, menyatakan partisipasi masyarakat bisa dilakukan dengan gerakan 3M, yakni menutup, menguras, dan mengubur berbagai barang yang biasanya menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti, penyebab DBD.
“Menutup tempat penampungan air untuk mencegah nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak, menguras bak air dan mengubur barang bekas yang dapat menampung air untuk nyamuk bersarang,” ujar dia. Selama Januari hingga Agustus 2022, pihaknya mencatat 56 kasus DBD di daerah itu yang ditangani di berbagai fasilitas kesehatan, seperti puskesmas dan rumah sakit umum daerah (RSUD). Dinkes Kabupaten Manokwari sejauh ini telah melakukan pengasapan di setiap rumah untuk mencegah DBD. Setidaknya ada delapan kampung yang menjadi target pengasapan di mana setiap kampung mendapat dua kali pengasapan. Ia menjelaskan pengasapan dilakukan dengan mempertimbangkan hasil peninjauan lokasi terhadap tingginya kasus DBD di kampung atau mencapai lebih dari 50 persen dan hasil pemeriksaan terhadap nyamuk yang dipastikan bisa menyebabkan DBD. Ia menjelaskan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti yang biasanya menggigit manusia di kala pagi hingga sore hari. Hal ini berbeda dengan nyamuk jenis Anopheles yang menyebabkan malaria.
“Bedanya juga kalau DBD ini jenisnya virus dan dalam 14 hari bisa menyebabkan orang meninggal atau anemia (kekurangan darah). Kalau malaria jenisnya parasit yang berpindah-pindah,” ungkap dia. Rahimi mengatakan nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD hidup di air bersih atau air hujan yang tertampung, sedangkan nyamuk malaria mampu berkembang meskipun bertelur di air yang kotor.

Pewarta: Rachmat Julaini
Editor : Evarianus Supar
COPYRIGHT © ANTARA 2022